- Amal yang paling dicintai oleh Allah adalah yang terus menerus meski hanya sedikit. (Kanjeng Nabi)
- Akan kuberikan ilmu yang kumiliki kepada siapapun, asal mereka mau memanfaatkan ilmu yang telah kuberikan itu. (Imam Syafi’i)
- Jangan sampai ayam jantan lebih pandai darimu. Ia berkokok di waktu subuh, sedang kamu tetap lelap dalam tidur. (Lukman Hakim).
- Apabila secara kebetulan kamu menjadi orang yang dekat dengan penguasa, maka berhati-hatilah kamu seolah-olah kamu sedang berdiri di atas pedang yang tajam sekali. (Imam Ghozali)
- Aku tak suka memakai baju baru, hal itu kulakukan karena aku takut timbul iri hati tetangga-tetanggaku. (Abu Ayub as-Sakhtayani).
- Allah telah memberikan petunjuk kepadaku sehinga aku bisa mengenali diriku sendiri dengan segala kelemahan dan kehinaanku. (Ali BinAbu Thalib).
- Andaikata seseorang mau memikirkan kebesaran Allah, maka ia takkan sampai hati untuk melakukan perbuatan perbuatan dosa. (Bisyir)
- Sifat rendah hati, yaitu taat dalam mengerjakan kebenaran dan menerima kebenaran itu yang datangnya dari siapapun. (Fudlail bin Iyadl).
- Dalam shalatku selama 40 tahun, aku tak pernah lupa mendo’akan guruku yang bernama Imam Syafi’i. Itu kulakukan karena aku memperolah ilmu dari Allah lewat beliau. (Yahya bin Said al-Qathan).
- Orang yang beramal tanpa didasari ilmu, maka amalnya akan sia-sia belaka, karena tidak diterima oleh Allah. (Ibnu Ruslan).
- Fikiran merupakan sumber dari ilmu, sedang ilmu itu sendiri merupakan sumber amal. (Wahb).
- Orang yang mengerti ilmu fikih berarti ia bisa makrifat kepada Allah dengan ilmunya menyebabkan ia kenal kepada-Nya. Bahkan dengan ilmunya ia bisa mengajar orang lain sampai pandai. (Syeikh Izzuddin bin Abdussalam).
- Jangan berteman yang hanya mau menemanimu ketika kamu sehat atau kaya, karena tipe teman seperti itu sungguh berbahaya sekali bagi kamu dibelakang hari.(Imam Ghozali).
- Jika ada musuh yang bisa mendekatkan kamu kepada Allah, maka hal itu lebih baik dari pada teman akrab yang menjauhkan kamu dari Allah. (Abul Hasan as-Sadzili).
- Wahai Sayyidina Ali! Ketahuilah olehmu bahwa ada dua golongan yang celaka di hadapanmu. Pertama yaitu yang terlalu cinta kepadamu. Dan kedua yang terlalu benci kepadamu. (Kanjeng Nabi).
- Orang yang bijak tidak akan terpeleset oleh harta, dan meski terpeleset, ia akan tetap mendapatkan pegangan. (Abdullah bin Abbas).
- Berfikir sesaat sungguh lebih mengesankan ketimbang mengerjakan shalat sepanjang malam. (Hasan Bashri).
- Hal-hal yang bisa menyebabkan badan lemah antara lain sebagai berikut: Banyak makan makanan yang rasanya masam, sering bersedih, banyak minum air tetapi tidak makan sesuatu, serta sering melakukan hubungan seksual. (Imam Ghazali).
- Barang siapa tidak mencintai untuk agama dan membenci untuk agama, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya ia tidak memiliki agama. (Abu Abdilah al- Shdiq).
- Berhati-hatilah dari berteman dengan : Ulama yang bersikap tak peduli, pecinta ajaran sufi yang bodoh serta pemimpin-pemimpin yang lalai. (Sahl bin Abdullah).
- Inginkan sesuatu dengan bakat yang kau miliki, dan jangan menginginkan sesuatu sesuai dengan nafsu atau seleramu. (Lukman Hakim).
- Bagi orang berilmu yang ingin meraih kebahagiaan di dunia maupun di akhirat, maka kuncinya hendakalah ia mengamalkan ilmunya kepada orang-orang. (Syaikh Abdul Qodir Jailani).
- Merenungkan tentang nikmat Allah sungguh merupakan salah satu ibadah yang utama. (Umar bin Abdul Azis).
- Teman yang tidak membabantu kesulitan seperti halnya musuh. Tanpa saling membantu maka hubungan teman tak akan lama. Telah kucari teman sejati dalam setiap masa, akan tetapi usahaku itu siasia belaka. (Imam Syafií).
- Lihatlah orang-orang yang dibawahmu dalam usrusan harta dunia, dan jangan sekali-kali melihat yang berada di atasmu, supaya kamu tidak meremehkan karunia Allah yang diberikan kepadamu. (Kanjeng Nabi).
- Sedikit makan, sedikit tidur, dan sedikit kesenangan merupakan ciri-ciri orang yang dicintai oleh Allah. (Abu Bakar bin Abdullah Al-Muzani).
- Barang siapa senang menjadi pemimpin, maka ia tidak akan mendapat kemenagan untuk selama-lamanya. (Fudhail bin Iyadh).
- Siapa yang pada hari ini hanya memikirkan dirinya sendiri maka pada esok iapun akan memikirkan dirinya saja. Lebih dari itu, siapa yang pada hari ini memikirkan Allah maka besok ia akan selalu memikirkan Allah pula. (Abu Sulaiman).
- Bersikap sabar kepada kawan yang berbuat jelek kepadamu sungguh lebih baik dari pada mencacinya. mencaci lebih baik dari pada memutuskan talisilaturahmi. Dan memutuskan tali silaturahmi lebih baik dari pada bertengkar. (Seorang Ulama).
- Allah tidak memberi kekuatan terhadap orang-orang alim lewat suatu paksaan, akan tetapi Allah menguatkan mereka lewat pintu iman. (Sahl Ibnu Abdullah).
- Ketahuilah olehmu, sesungguhnya akal hanya merupakan sesuatu alat untuk mencapai segala sesuatu yang hanya berhubungan dengan hamba atau manusia, bukan untuk mencapai Allah. (Ibnu Atha).
- Jangan sekali-kali kamu menganggap remeh kebajikan meski kelihatannya tidak berharga, yaitu seperti ketika kamu menyambut temanmu dengan menampakkan wajah berseri-seri. (Kanjeng Nabi Muhammad).
- Jika seseorang mati dalam keadaan punya hutang, padahal orang itu mampu membayarnya ketika masih hidup di dunia, maka kebahagiaannya akan diambil dan diberikan kepadanya dosa orang yang di hutanginya, lalu ia dijebloskan ke neraka. Namun, jika memang tidak mampu membayarnya, maka hanya kebaikannya saja yang diambil, lalu diberikan kepada pihak yang dihutangi. sedang dosa si pemberi hutang tidak diberikan kepada orang yang berhutang. (Ibnu Abdusalam).
- Jalan yang diajarkan syariát islam adalah jalan yang paling tepat dalam pengerjaan ibadah kepada Allah. Karena itu bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah istiqomah dalam mengerjakan perintah-perintahnya dan menjauhi larangannya. (Abdu Khodir jailani).
- Hendaklah kamu tetap berbuat baik kepada orang yang berbuat jelek kepadamu. (Lukman Hakim).
- Kebahagiaanku jika mati sebelum baligh lalu aku dimasukkan kedalam syurga, tidak sebahagia jika aku hidup sampai tua dalam keadaan mengenal Allah yaitu yang paling bertaqwa, rajin mengerjaklan ibadah serta menerima apa apa yang telah di berikan Allah kepadaku. (Ali bin Abu Tholib).
- Jika Allah bersamamu, maka jangan takut kepada siapa saja, akan tetapi jika Allah sudah tidak lagi bersamamu, maka siapa lagi yang bisa diharapkan olehmu? (Hasan al Banna).
- Barang siapa tidak peduli terhadap nasib agama, berarti ia tidak punya agama, barang siapa yang semangatnya tidak berkobar-kobar jika agama Islam ditimpa suatu bencana, maka Islam tidak butuh kepada mereka. (Imam al-Ghazali).
- Ilmu menginginkan untuk diamalkan. Apabila orang mengamalkannya, maka ilmu itu tetap ada. Namun sebaliknya, jika tidak diamalkan, maka ilmu akan hilang dengan sendirinya. (Sufyan ats-Tsauri).
- Ketahuilah bahwa sesungguhnya ilmu yang bisa melahirkan rasa takut kepada Allah adalah ilmu yang paling baik. (Ibnu Athaillah as-Sakandari). Bekerjalah untuk keperluan makanmu. Sedang yang paling baik bagi kau yaitu bangun di tengah malam dan berpuasa di siang hari. (Ibrahim bin Adham).
- Jalan apa saja yang ditempuh seseorang dalam mengerjakan ibadah adalah sesaat kecuali jalan yang ditempuh oleh Kanjeng nabi Muhammad. Dalam pada itu, siapapun yang tidak mengikuti petunjuk kitab suci Al-Qurán dan hadits nabi, maka janganlah ia mengikuti pendapatku. Hal itu karena pendapatku berasal dari Qurán –Hadits. (Imam al-Junaid).
- Orang yang tidak percaya bahwa Allah telah menjamin rezekinya, maka ia akan mendapat laknat dari Allah. (Hasanal-Bashri).
- Dzikir seperti halnya jiwa dari semua amal, sedang keutamaan dan kelebihan dzikir tidak bisa dibatasi. (AL-Qusyairi).
- Orang-orang yang tidak mengikuti keinginan-keinginan hawa nafsunya, maka tidak akan mendapat pujian dari orang banyak. (Imam al-Ghazali).
- Orang dermawan dekat kepada Allah, dekat pada rahmat-Nya, serta selamat dari siksa-Nya. Sedang orang kikir, jauh dari Allah, jauh dari rahmat-Nya dan dekat sekali kepada siksa-Nya. (Kanjeng Nabi).
- Barang siapa tidak meghargai nikmat, maka nikmat itu akan diambil dalam keadaan ia tidak mengetahuinya. (Siriy Assaqathi).
- Mengerjakan sesuatu sesuai dengan ketentuan hukum syara’ berarti menuju jalan kebahagiaan baik di dunia lebih-lebih di akhirat. Dan hendaklah kamu merasa takut jika kamu berpisah dengan orang-orang yang ahli di bidang agama. (Syaikh Abdul Qadir Jailani).
- Saya merasa heran kepada orang-orang yang mengerjakan shalat subuh setelah matahari terbit. Lalu bagaimana mereka diberi rezeki. (Ulama Shalaf).
- Para pembuat peti jenasah mengira bahwa tidak ada yang lebih busuk melebihi mayat orang-orang yang beriman. Bahkan diterangkan oleh Allah : Perut ulama jahat sungguh lebih busuk baunya dari itu. (Al-Auzaí).
- Orang yang hanya sehari-harinya hanya sibuk mencari uang untuk kesejahteraan keluarganya, maka mustahil ia mendapat ilmu pengetahuan. (Imam Syafií).
- Tanda tanda orang yang celaka antara lain: Bergairah dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan haram, menjauhi nasihat ulama dan selalu menyendiri jika mengerjakan shalat. (Kanjeng Nabi).
- Manisnya akhirat mustahil diraih oleh orang-orang yang suka terkenal di mata manusia. (Bisyir).
- Dengan pengalaman akan bertambah ilmu pengetahuannya, dengan berdzikir menyebabkan bertambah rasa cinta dan dengan berfikir akan menambah rasa taqwa kepada Allah. (Hatim).
- Aku akan mencari ilmu hanya karena Allah, dan aku tidak akan mencari jika untuk selain Allah. (Imam al-Ghazali).
- Berfikir merupakan cermin untuk melihat apa-apa yang baik dan yang buruk pada dirimu. (Fudhail).
- Ketahuilah bahwa satu majelis ilmu bisa menghapus dosa 70 majelis yang tidak ada gunanya. (Atha’bin Yassar).
- Kulupakan dadaku dan kubelenggu penyakit tamakku, karena aku sadar bahwa sifat tamak bisa melahirkan kehinaan. (Imam Syafií).
- Biasakan hatimu untuk bertafakur dan biasakan matamu dengan sering menangis. (AbuSulaiman ad-Darani).
- Hidup didunia hanya merupakan tempat tinggal sementara untuk melanjutkan perjalanan nan jauh menuju keabadian. (Kanjeng Nabi).
- Setiap manusia hendaknya memperhatikan waktu dan sekaligus mengutamakannya. (Umar bin Utsman al-Maliky).
- Apabila kamu melihat seseorang sedang memanjatkan doá kepada Allah, tetapi disisi lain perbuatannya tidak sesuai dengan hukum syara’, maka jauhilah orang itu. (Abdul Qasim an-Nawwawi).
- Kuakui bahwa dosaku banyak sekali. Tapi, aku sadar, sesungguhnya rahmat Allah lebih luas dan lebih besar dari dosa-dosaku. (Abu Nawas).
- Jika kamu berhadapan dengan gurumu, sesungguhnya secara hakikat kamu sedang berhadapan dengan rasul. Sadar akan hal itu, maka hormatilah gurumu. (Sebagian Ulama).
- Setiap kamu adalah pemimpin, yaitu : Pemimpin terhadap diri dan keluarganya, pemimpin terhadap masyarakat dan bangsanya.( Mousthafaal-Gholayaini). Pengkhianatan yang paling besar adalah pengkhianatan umat, sedang pengkhianat yang paling keji yaitu pengkhianatan pemimpin. (Ali bin Abu Thalib).
- Berteman dengan orang yang bodoh yang tidak mengikuti ajakan hawa nafsunya sungguh lebih baik bagi kamu ketimbang berteman dengan orang alim tapi suka terhadap nafsuya. (Ibnu Athaillah as-Sakandari).
- Siapa takut kepada Allah, maka tidak hidup marahnya, Siapa yang bertaqwa kepada-Nya, niscaya tidak mengerjakan sesukanya. (Umar bin Khathhab).
- Ya Allah! Seandainya Engkau akan mengadili kelak pada hari kiamat, maka jangan Kau adili aku di dekat Nabi Muhammad, karena aku merasa malu jika mengaku sebagai umatnya padahal hidupku penuh dengan perbuatan dosa. (Muhammad Iqbal).
- Cintai dan sayangilah para fakir miskin, maka Allah akan menyayangimu. (Kanjeng Nabi).
- Hendaklah kamu menjauhi keramaian orang banyak atau berúzlah,. Katakan demikian, karena orang banyak bisa menyebabkan kamu berpaling dari Allah serta mendorong kamu untuk berbuat dosa. (Sayyid Bakri al-Maliki).
- Yang disebut orang sufi, yaitu orang yang hatinya bersih dan selalu mengingat Allah. (Basyar bin al-Harits).
- Tidak ada suatu kebahagiaan bagi ornag-orang muslim setelah mereka memeluk Islam, seperti kebahagiaan mereka ketika itu. (Anas r.a.).
- Telah kurangkum pendapat 70 orang shiddiqin. Mereka sebagaian besar berpendapat bahwa banyak minum bisa menyebabkan banyak tidur. (Ibrahim bin Khawwas).
- Aku tidak pernah melihat orang yang berakal, melainkan kutemukan dia takut kepada mati dan merasa susah dengannya. (Hasan).
- Aku tidak pernah berdialog dengan seseorang dengan tujuan aku lebih senang jika ia berpendapat salah. (Imam Syafií).
- Wahai pemburu dunia! Berbuatlah kebajikan dan hendaklah kamu meninggalkan dunia, karena hal itu lebih baik bagimu. (Nabi Isa).
- Barang siapa tidak dicoba dengan bencana atau kesusahan, maka tidak ada sebuah kebahagiaanpun baginya di sis Allah. (Adh-Dhahhak).
- Perbanyaklah kamu mengingat mati, karena hal itu bisa membersihkan dosa dan menyebabkan zuhud atau tidak cinta kepada dunia. (Kanjeng Nabi).
- Orang yang cinta kepada Allah akan minum dari gelas kecintaan dan bumi menjadi sempit baginya. Ya, dia mengenal Allah dengan penuh ma’rifat kepada-Nya, tenggelam di samudra rindu kepada-Nya dan merasa asyik bermunajat kepada-Nya. (Asy-Syubali).
- Aku suka mendoákan saudara-saudaraku sebanyak 70 orang, dan nama-nama mereka kusebut satu persatu dalam panjatan doáku itu. (Abu Darba).
- Setiap manusia mempunyai orang yang dicintai dan yang dibenci. Tapi bagimu, jika ada maka berkumpullah kamu dengan orang-orang yang bertaqwa. (Imam Syafií).
- Orang orang terdahulu jika pergi kerumah gurunya, maka mereka senantiasa memberi sesuatu untuk minta berkah. Bahkan mereka selalu menyenandungkan doá seperti ini: wahai Allah!”Ampunilah semua kesalahan guruku terhadapku, dan jangan sekalai-kali engkau menghilangkan berkah ilmunya untukku. (Sebagaian Ulama).
- Jika aku mandapat ampunan dari Allah, maka hal itu merupakan rahmat yang sangat besar dari-Nya. Tetapi, jika sebaliknya, maka aku tidak akan mampu berbuat apapun. (Abu Nawas).
- Pangkal dari seluruh kebaikan di dunia maupun di akhirat adalah taqwa kepada Allah. (Abu Sulaiman Addarani).
- Orang yang ma’rifat kepada Allah, maka ia terikat dengan cintannya, hatinya bisa melihat dan amal ibadahnya selalu bertambah banyak kepada-Nya. (Dzinnun al-Mishry).
- Siapa yang memenuhi hatinya dengan kewaspadaan dan keikhlasan, maka Allah akan menghiasi badannya sebagai pembela agama dan menjadikan hadits sebagai pedoman hidup.
- Yang disebut dengan teguh hati adalah memegang dengan sungguh-sungguh apa-apa yang dibutuhkan oleh kamu dan membuang yang selain itu. (Aktssam bin Shaifi).
- Orang yang terkaya yaitu orang yang menerima pembagian Allah dengan rasa senang. (Ali bin Husein).
- Kerjakan apa saja yang telah menjadi hak dan kewajibanmu, karena kebahagiaan hidupmu terletak di situ. (Musthafa al-Gholayani).
- Ada dua hal tidak tertandingi kejelekannya, yaitu: Berbuat syirik dan membuat rugi umat Islam. Begitu pula, terdapat dua perkara yang tidak tertandingi kebaikannya, ialah : Beriman kepada Allah, serta memberi manfaat kepada umat Islam. (Kanjeng Nabi).
- Pedagang yang berhati lemah takkan pernah untung ataupun rugi. Malah ia rugi. Ya, seseorang harus menyalakan api supaya memperoleh cahaya. (Jalaludin Rumi).
- Aku membaca sebagian kitab kuno, yang kandungannya ialah : Bahwasannya sebagian hal yang dipercepat siksaannya dan tak dapat ditunda adalah amanat itu dikhianati , kebaikan ditutupi, keluarga diputuskan dan meninds manusia. (Kholid ar-Robaí).
- Memerintah atau mengawasi diri sendiri jauh lebih sulit dan lebih baik dari pada memerintah dan mengawasi sesuatu negeri. (Ibrahim bin Adham).
- Ciri-ciri ulama akhirat antara lain: dia sangat berhati-hati dalam memberi fatwa, bahkan bersikeras untuk tidak bertaqwa sama sekali. Apabila ditanya oleh orang tentang segala sesuatu yang diketahui baik yang bersumber dari Al Qurán, hadits, ijma’dan kiyas, maka ia menjelaskan sesuai dengan kemampuannya. Sebaliknya, jika ia tidak mengetahui secara pasti, maka dengan jujur ia berkata : aku tidak tahu. (Imam al-Ghazali).
- Hati-hatilah terhadap senda gurau, karena tidak sedikit bahaya yang terdapat didalamnya. Berapa banyak senda gurau anatara dua sahabat yang berakhir pada perkelahian.
- Dunia adalah perniagaan, pasarnya ialah menyendiri, modalnya adalah taqwa, dan labanya adalah surga. (Aku Sulaiman ad-Darani).
- Kehidupan seorang mukmin ibarat matahari, terbenam di suatu wilayah untuk terbit di wilayah lainnya. Dia selalu bersinar dan hidup serta tak pernah terbenam selamanya. (Muhammad Iqbal).
- Keluarlah dari dirimu dan serahkanlah segalanya kepada Allah. Penuhi hatimu dengan Allah. Patuhilah kepada perintah-Nya dan larikanlah dirimu dari larangan-Nya, supaya nafsu badaniahmu tidak memasuki hatimu setelah ia keluar. Untuk membuang nafsu-nafsu badaniah dari hatimu, kamu harus berjuang melawannya dan jangan menyerah kepadanya dalam keadaan bagaimanapun juga dan dalam tempo kapanpun juga. (Syeikh Abdul QadirJailani).
- Kejahatan yang dibalas dengan kejahatan adalah akhlak ular. Kebajikan yang dibalas dengan kejahatan adalah akhlak buaya. kebajikan yang dibalas dengan kebajikan adalah akhlak anjing. Kejahatan yang dibalas dengan kebajikan itulah akhlak manusia. (Nasirin).
- Ilmu tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui tingkah laku nafsu dan sifat-sifatnya baik sifat buruk maupun sifat yang terpuji. Jadi dari kisah sebuah gilingan tersebut di atas, maka jika diterapkan pada manusia yakni mempelajari nafsu manusia yang ada kaitannya dengan tingkah laku dan sifat-sifatnya. Mempelajari tasawauf hukumnya fardhuáin (wjib bagi setiap orang Islam yang mukalaf). Karena dapat dipergunakan untuk memperindah, memperbaiki dan memperbagus hati. Itulah seratus “Petuah Emas”orang-orang alim yang dapat kita jadikan sebagai pedoman hidup atau minimal bisa difungsikan sebagai pegangan dalam rangka membentuk pribadi-pribadi yang Islami secara kafah. Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang-orang alim yang kelak berhak mendiami surga dan selamat dari siksa-siksa pedih di neraka. Hanya kepada Allah kita mengharap ridha, dan hanya kepada-Nya kita berpasrah diri. Amin, Amin, Ya, Rabbal álamin.

Sabtu, 14 Mei 2011
Bagi setiap muslim, apalagi dai, berkewajiban untuk mendekatkan diri kepada Allah agar meraih kecintaan-Nya. Dalam sebuah hadits Qudsi disebutkan: “Pendekatan diri hamba-Ku yang paling Aku cintai adalah dengan sesuatu yang Aku wajibkan padanya. Dan jika hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri dengan nafilah (ibadah tambahan), sehingga Aku mencintainya.” (Bukhari)
Dalam hadits ini menunjukkan bahwa ibadah yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah melaksanakan kewajiban. Kewajiban terdiri dari Fardhu Ain dan Fardhu Kifayah. Fardhu Ain yaitu kewajiban yang mengikat setiap individu muslim, seperti sholat lima waktu, zakat, puasa, haji jika mampu, berbakti kepada orang tua, memberi nafkah pada anak istri dan lain-lain. Sedangkan Fardhu Kifayah yaitu kewajiban kolektif jika sudah dilakukan oleh orang lain maka gugurlah kewajiban tersebut, seperti menyelenggarakan jenazah, menuntut sebagian ilmu tertentu, dakwah, amar ma’ruf nahi mungkar, berjihad dan lain-lain. Pada saat tertentu Fardhu Kifayah dapat berubah menjadi Fardhu Ain, seperti dakwah, amar ma’ruf nahi mungkar, dan jihad.
Fardhu adalah pokok sedangkan nafilah adalah cabang. Nafilah dapat melengkapi ibadah fardhu dan dapat menutupi kekurangannya. Seseorang tidak dapat disebut mengerjakan ibadah nafilah jika meninggalkan yang fardhu. Oleh karena itu jika orang beriman melaksanakan yang fardhu kemudian diteruskan dengan ibadah tambahan, maka Allah akan mencintainya. Sehingga sangat salah orang yang menyibukkan pada ibadah yang sunnah sementara meninggalkan yang wajib.
Jadi, secara umum pendekatan diri kepada Allah dilakukan dengan cara beribadah kepada Allah.
IBADAH
Ibnu Taimiyah berkata, ibadah adalah kata yang mencakup semua kebaikan, yaitu segala perkataan dan perbuatan baik lahir maupun batin yang diridhai dan dicintai Allah. Ibadah adalah risalah dan misi besar manusia. Hanya untuk inilah Allah menciptakan manusia dan jin (lihat Adz-Dzariyat: 56). Dan hanya untuk ini pula Allah mengutus para nabi dan rasul (lihat An-Nahl: 36). Rasulullah saw. bertanya pada Muadz bin Jabal, “Wahai Muadz, tahukah engkau apa hak Allah atas hamba-Nya dan hak hamba atas Allah?” Saya berkata, “Allah dan rasul-Nya yang paling tahu.” Rasul saw. bersabda, “Hak Allah atas hamba-Nya adalah beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya; dan hak hamba atas Allah adalah tidak mengadzab orang yang tidak menyekutukan Allah.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Tetapi sangat disayangkan, jika kita melihat realitas manusia, mayoritas mereka musyrik atau menyekutukan Allah dengan mahluk-Nya. Bangsa-bangsa besar yang menempati bumi ini mayoritasnya musyrik kepada Allah, mayoritas manusia yang menempati benua Amerika, Eropa, Australia dan juga Asia adalah orang-orang yang mensyekutukan Allah. Sekitar 6 milyar penduduk dunia, hanya ¼ nya saja yang mengakui muslim. Dan umat Islam pun masih banyak yang belum menyembah Allah, minimal dengan menegakkan sholat. Melihat realitas ini, maka kewajiban yang paling utama bagi orang-orang beriman adalah berdakwah mengajak manusia agar beriman dan beribadah kepada Allah saja.
Orang-orang beriman yang mengenal Allah dengan sebenarnya, mengenal hakekat dirinya dan mengetahui risalahnya, maka akan melaksanakan ibadah seoptimal mungkin, tetapi pada saat yang sama mereka sangat takut pada Allah. Sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Mu’minun: 57-61, “Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati Karena takut akan (azab) Tuhan mereka, Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka, Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun), Dan orang-orang yang memberikan apa yang Telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.
SYARAT IBADAH
Dalam beribadah dan melakukan pendekatan diri kepada Allah, sangat terkait dengan syarat-syaratnya agar ibadahnya diterima. Dan syaratnya hanya dua yaitu ikhlas dan mengikuti sunnah Rasul saw. atau Syariah Islam. Inilah inti dari makna syahadat yang kita ucapkan. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.” Berkata Fudhail bin Iyadh mengomentari surat Al-Mulk: 2, “Ahsanu ‘amala (Amal yang paling baik) adalah akhlasahu (yang paling ikhlas) dan ashwabahu (yang paling benar).” Berkata, “Sesungguhnya jika amal dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar, maka tidak diterima. Dan jika amal itu benar tetapi tidak ikhlas, juga tidak diterima sehingga amal itu harus ikhlas dan benar.” Iyadh berkata, “Ikhlas dilakukan karena Allah Azza wa Jalla, dan benar jika dilakukan sesuai sunnah.”
Ibadah yang dilakukan umat Islam harus selalu mengacu pada dua syarat tersebut; jika tidak, maka amalnya sia-sia bahkan dapat mengarah pada dosa. Rasul saw. bersabda, “Siapa yang mengada-ada pada urusan agama ini, sesuatu yang sebelumnya tidak ada, maka tertolak.” (Bukhari dan Muslim). Banyak sekali tradisi yang berkembang di tengah umat Islam, dan mereka melakukannya seolah-olah ibadah yang diajarkan Rasulullah saw. padahal tidak ada landasannya sama sekali. Di sinilah pentingnya para ulama dan para dai yang mengajarkan Islam kepada umatnya dengan penuh hikmah dan kesabaran, sehingga umat terhindar dari segala macam syirik, khurofat, takhayyul dan bid’ah.
HUKUM TAKLIFI
Dalam melaksanakan ibadah, para ulama usul menetapkan hukum taklifi yang mengikat bagi para mukallaf atau muslim yang sudah dewasa. Dengan memahami status hukum dalam setiap perbuatan, maka setiap muslim berada dalam kejelasan dalam setiap urusannya. Para ulama mendefinisikan hukum taklifi atau hukum yang terkait dengan perbuatan yang dilakukan setiap muslim yaitu arahan Syariah (khitab syari’i) yang terkait dengan perbuatan setiap muslim yang mukallaf (baligh), baik bersifat permintaan untuk melaksanakan, permintaan untuk meninggalkan maupun pilihan antara melaksanakan atau meninggalakan. Permintaan yang bersifat mengikat atau harus disebut wajib, sedangkan yang tidak mengikat disebut mandub atau sunnah. Sedangkan permintaan untuk meninggalkan yang bersifat harus disebut haram dan yang tidak bersifat harus disebut makruh. Adapun pilihan antara melaksanakan dan meninggalakan disebut mubah. Oleh karena itu hukum dalam Fiqih Islam terbagi menjadi lima, yaitu wajib, mandub, haram, makruh dan mubah.
Setiap muslim yang beriman pada hukum Islam dan memahami status hukum suatu perbuatan dapat mengetahui prioritas kerja atau amal yang harus dilakukan. Sehingga baginya segala sesuatu yang harus dilakukan dalam kehiduan dunia menjadi sangat jelas dan tegas. Tetapi manakala seorang muslim tidak memahami status hukum maka semuanya akan mejadi kabur dan samar, yang pada akhirnya dia akan mengalami kebingunagan dan kekacauan dalam hidupnya karena tidak ada arahan dan prioritas kerja yang harus dia lakukan dalam kehidupannya di dunia.
Wajib adalah suatu perintah Syariat yang harus dilakukan dan bersifat mengikat, jika ditinggalakan maka akan mendapat sanksi atau dosa dan jika dilaksanakan akan mendapat pahala atau balasan dari sisi Allah. Wajib terbagi menjadi dua; wajib aini, yaitu kewajiban yang mengikat atas setiap individu muslim, seperti shalat lima waktu, zakat, puasa, haji. Dan wajib kifayah, yaitu kewajiban yang mengikat atas sekelompok umat Islam.
Mandub adalah perintah Syariat yang sebaiknya dilaksanakan dan tidak bersifat mengikat, atau sesuatu yang jika dilaksanakan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan tidak terkena sanksi. Mandub disebut juga sunnah, tatowwu’, mustahab, nafilah dan ihsan. Mandub memiliki beberapa tingkatan; Sunnah Muakkadah, yaitu sesuatu yang senantiasa dilakukan oleh Rasul saw. tetapi tidak sampai wajib, seperti sholat witir, sholat rawatib dan lain-lain. Sunnah ghairu Muakkadah, yaitu sunnah yang tidak selalu dilakukan oleh Rasul saw. seperti sedekah secara umum. Sunnah yang lain adalah mencontoh Rasul saw. pada masalah tradisi yang tidak terkait langsung dengan Syariat seperti makan, minum dan berpakaian ala Rasul saw.
Haram adalah perintah Syariat untuk meninggalkannya dan bersifat harus atau mengikat dan jika tidak maka akan mendapat sanksi atau dosa. Haram terbagi menjadi dua, yaitu haram li dzatihi dan haram li ghairihi. Haram li dzatihi diharamkan karena jelas-jelas menimbulkan bahaya langsung seperti makan bangkai, berzina, minum khomr, mencuri dll. Sedangkan haram li ghairihi, pengharamanannya karena tidak menimbulkan bahaya secara langsung seperti melihat aurat wanita, hukumnya tetap haram karena mengarahkan pada perzinahan. Haram li ghairihi disebabkan juga karena terkait dengan momentum atau kasus tertentu seperti berdagang saat adzan shalat Jum’at bagi lelaki, atau shalat bagi wanita yang haidh.
Haram Li Dzatihi dan Haram Li Ghairihi memiliki perbedaan pada dua hal, pertama pada transaksi atau akad. Haram li dzatihi membatalkan akad sedangkan haram li ghairihi tidak. Kedua, haram li dzatihi tidak dapat menjadi mubah kecuali karena darurat. Sedangkan haram li ghairihi menjadi mubah cukup karena hajat.
Makruh adalah perintah Syariat untuk meninggalkannya yang tidak harus atau mengikat. Apabila pekerjaan itu ditinggalkan maka akan mendapat imbalan pahala dan jika dilakukan tidak mendapatkan apa-apa.
Adapun mubah adalah pilihan Syariat untuk mengerjakan atau meninggalkannya. Mubah dapat diketahui dari tiga hal, yaitu jika melakukan atau meninggalkan tidak ada dampak sanksinya, nash tidak menunjukkan haram dan nash menunjukkan halal.
Namun demikian, seorang muslim yang baik berupaya untuk mengharap kebaikan dan pahala pada amal-amal yang mubah, yaitu dengan niat yang baik dan mengarahkan yang mubah untuk sarana taat pada Allah. Begitu juga dia berusaha meninggalkan sebagian yang mubah karena khawatir jatuh pada yang diharamkan.
KONDISI MUKALLAF (MUSLIM)
Setiap muslim yang mukallaf tidak terlepas dari 3 kondisi. Ketika muslim dalam kondisi mendapatkan ni’mat Allah, maka mereka harus bersyukur. Dalam kondisi mendapat ujian atau cobaan, mereka harus bersabar. Dan dalam kondisi berbuat dosa, mereka harus beristighfar dan bertaubat. Ketika ketiga pensikapan tersebut terus dilakukan oleh setiap muslim dalam menghadapi kondisinya, maka dia akan mendapatkan puncak kebahagiaan.
Bukankah setiap muslim hidup dalam limpahan nikmat Allah? Allah telah menciptakannya sebagai manusia, makhluk yang paling mulia. Kemudian diberinya rezeki yang baik-baik. Lahir ke dunia dalam kondisi tidak memiliki apa-apa, dan sekarang banyak mendapatkan fasilitas dari Allah. Selanjutnya Allah memberikan nikmat yang paling besar yaitu nikmat hidayah dan keimanan. Dengan nikmat itu setiap muslim dapat berjalan di muka bumi dengan arahan yang jelas. Inilah kondisi yang dialami setiap muslim, oleh karenannya mereka harus sentiasa bersyukur kepada Allah dengan sepenuh syukur. Mengakui bahwa seluruh nikmat datang dari Allah, mengungkapkannya lewat lisan dan membuktikannya dengan ketaatan dan pengabdian kepada Allah.
Kondisi kedua yang tidak akan lepas dari setiap muslim juga adalah ujian. “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang Sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Dalam ayat ini Allah memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar ketika menghadapi ujian. Dan sejatinya setiap muslim akan mendapat ujian sebagaimana disebutkan dalam ayat diatas.
Dan kondisi ketiga, yang tidal lepas dari setiap muslim adalah khilaf dan melakukan dosa. Inilah ciri khas manusia secara umum, karena mereka adalah anak-cucu Adam dan Hawa yang pernah melakukan dosa. Tetapi sebaik-baiknya orang yang melakukan dosa adalah beristighfar dan bertaubat. Dan diantara banyak bentuk istighfar ada tuannya istighfar atau Sayyidul Istighfaar, setiap muslim harus dapat menghafal dan membacanya secara rutin, ” Ya, Allah Engkaulah Rabbku tiada ilah kecuali Engkau. Engkau telah menciptakanku, aku adalah hamba-Mu, dan aku akan berusaha tetap komitmen dijalan-Mu sekuat tenagaku. Aku mengakui segala ni’mat-Mu padaku, dan aku mengakui dosaku, ampunilah aku. Karena tidak Dzat yang dapat mengampuni kecuali Engkau”.
Ketika muslim dan muslimah senatiasa dalam sikap seperti ini, niscaya mereka akan mendapatkan kebahagiaan, bukan hanya di dunia, tetapi di dunia dan akhirat. Semoga Allah memberikan istiqomah pada kita. Amin.
Kamis, 28 April 2011
astagfirulloh
Berdasarkan keterangan yang dihimpun, foto gadis telanjang berseragam praja IPDN itu terdiri dari puluhan foto yang menampilkan seorang gadis berseragam IPDN bersama teman-temannya dalam sebuah acara.
Setelah itu, gadis yang belum diketahui namanya tersebut, secara berani berpose setengah bugil. Dia menanggalkan pakaiannya satu per satu hingga akhirnya benar-benar bugil.
Dilihat dari posenya, gadis tersebut memfoto dirinya sendiri menggunakan kamera handphone dan cermin di kamarnya. Selain itu, terdapat pula foto si gadis yang mengenakan seragam IPDN, dengan latar belakang kampus IPDN.
Sementara itu, pihak IPDN hingga kini belum dapat memastikan apakah gadis tersebut benar praja IPDN atau alumnus. Sebab, dilihat dari seragam di mana di pundaknya terdapat bintang tiga, itu menandakan alumnus IPDN.
"POKONAMAH CEUK KURING MAH REK KITU REK KIEU GE......... ASTAGFIRULLOHALADZIM"
Setelah itu, gadis yang belum diketahui namanya tersebut, secara berani berpose setengah bugil. Dia menanggalkan pakaiannya satu per satu hingga akhirnya benar-benar bugil.
Dilihat dari posenya, gadis tersebut memfoto dirinya sendiri menggunakan kamera handphone dan cermin di kamarnya. Selain itu, terdapat pula foto si gadis yang mengenakan seragam IPDN, dengan latar belakang kampus IPDN.
Sementara itu, pihak IPDN hingga kini belum dapat memastikan apakah gadis tersebut benar praja IPDN atau alumnus. Sebab, dilihat dari seragam di mana di pundaknya terdapat bintang tiga, itu menandakan alumnus IPDN.
"POKONAMAH CEUK KURING MAH REK KITU REK KIEU GE......... ASTAGFIRULLOHALADZIM"
Rabu, 27 April 2011
MUKODIMAH
Kiwari ngabangun catur..... Turiang ngajadi jarami......minangka babaktos....sanes bade ngabibisani....ningkatken ngelingan raga....gaganti payung nu lengit....ngitung kalapa muruntu..... tugenah teu aya kalis.... lisan porot ker budak.... daki ngabuntel kana diri.... rineka ngabangun siloka ....kabita ku rohmat GUSTI.
Sholat subhuh
1. Sholat Subuh menjaga hati seorang muslim
2. Sholat Subuh menjaga diri seorang muslim
3. Sholat Subuh sama dengan sholat malam semalam suntuk
4. Sholat Subuh adalah tolok ukur keimanan
5. Sholat Subuh adalah penyelamat dari neraka
6. Sholat Subuh adalah salah satu penyebab seseorang masuk surga
7. Sholat Subuh akan mendatangkan nikmat berupa bisa melihat wajah Allah yang mulia
8. Sholat Subuh adalah suatu syahadah (kesaksian, bukti), khususnya bagi yang konsisten memeliharanya
9. Sholat Subuh adalah kunci kemenangan
10. Sholat Subuh lebih baik daripada dunia dan seisinya
semoga menjadi penggugah hati
salat malam
Kebiasaan sholat tahajud sungguh merupakan kenikmatan bagi yang melaksanakan. Terkadang pada setiap sholat tahajud ada keajaiban bagi yang melaksanakan. Agak mustahil memang untuk diceritakan tapi kejadian ini benar-benar nyata terjadi pada saya.
Pada suatu saya memperkenalkan teman pada seorang akhwat. Beberapa malam kemudian saya sholat tahajud dan dilanjutkan sholat subuh. Pada pagi hari saya sempat bermimpi sedang hadir di acara walimah ursy, teman dan akhwat tersebut duduk di pelaminan sebagai pasangan pengantin.
Saya sempat telpon seorang teman, "Teh, percaya nggak, aku semalam mimpi loh melihat teman kita ini duduk di pelaminan pada walimah ursy." "Ah, mana mungkin mas agus. Baru aja diperkenalkan. Mana mungkin secepat itu menikah." katanya setengah tidak percaya.
Waktupun bergulir begitu cepat. Perbincangan itu berlalu begitu saja. 6 bulan kemudian saya bersama-sama teman-teman lainnya hadir di walimah ursy persis sama dengan yang pernah saya lihat dalam mimpi, subhanallah..Maha Suci Alloh..itulah keajaiban sholat tahajud buat saya. Mungkin teman-teman juga pernah mengalami hal yang sama bertemu dengan keajaiban sholat tahajud.
---
Shalat malam, bila shalat tersebut dikerjakan sesudah tidur, dinamakan shalat Tahajud, artinya terbangun malam. Jika hendak mengerjakan sholat Tahajud, harus tidur dulu.
" Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yang terpuji." (QS : Al-Isro' : 79).
Wassalam, agussyafii
-- Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye Program Pendidikan "Anak-anak Insan Mulia (Amalia)" Program Pendidikan anak-anak dengan kasih sayang, silahkan kirimkan dukungan dan komentar anda di 081 380 380 600 atau di Fb apihanom binSatar buyutJu'ed
KASAMPURNAAN IMAN
Pikeun kasampurnaan iman usahakeun dina diri sing aya nu tilu perkara
1. Sing nyaan takwana sing asup kana takwa HAQQO TUQOTIH
2. Geudekeun rasa kaera ka Alloh, da jalma nu teu boga ka era lakuna bakal kawas sato.
3. Lobaan elmuna, da moal bisa takwa lamun teu boga elmu jeung mosl psti geude gunana elmu lamun teu dipake takwa
Tah nu tilu ieu gaus didauhkeun ku kangjeng Nabi Muhammad SAW
AAL-IMANU URYANUN WALIBASUHU TAKWA WAZINATUHU ALHAYA WATSAMROTUHU ALILMU
QOD AFLAHA MAN TAZAKKA (Tetele bagja jalma anu beresih)
1. Sing nyaan takwana sing asup kana takwa HAQQO TUQOTIH
2. Geudekeun rasa kaera ka Alloh, da jalma nu teu boga ka era lakuna bakal kawas sato.
3. Lobaan elmuna, da moal bisa takwa lamun teu boga elmu jeung mosl psti geude gunana elmu lamun teu dipake takwa
Tah nu tilu ieu gaus didauhkeun ku kangjeng Nabi Muhammad SAW
AAL-IMANU URYANUN WALIBASUHU TAKWA WAZINATUHU ALHAYA WATSAMROTUHU ALILMU
QOD AFLAHA MAN TAZAKKA (Tetele bagja jalma anu beresih)
Konci kabagjaan eta aya Lima ;
1. Ngaberesihan taohid tina kufur ku ka imanan
2. Ngaberesihan amal tina riya ku ihlas
3 Ngaberesihan awak tina dosa ku jalan tobat kalayan tobatan nasuha
- Syarat tobat aya tilu;
- sadar kana dosa nu dipigawe
- hanjakal bari nalangsa
- Ngajam moal arek balik deui kana dosa anu sarua
- menta hampura ka papada jalma lamun dosana aya patali jeng papada manusa
- lobaken istigfar
4. Ngaberesihan badan tina kokotor ku jalan toharoh (susuci)
5. Ngabersihan harta tina hak batur ku zakat
GARAPEUN HATE
Layang Muslimin Muslimat mangrupa naskah kuno karangan R.Asep Martawijaya urang Pataruman Tarogong Garut, nu ngabahas perkawis "Asal Manusa asal ti Allah jeung wajib mulih ge kedah ka Allah", nyaeta anu tos mashur dalilna dina Qur'an "Inna lillahi wa inna ilaihi roojiun" sareng upaya tarekah mengenal diri anu sajati nya jisim nu latif kalayan nu kasar (dohir).
Dicaritakeun masalah perelmuan dina kitab layang ku cara dialoh antara raka Den Muslimin sareng rayina Den Muslimat dugika 6 (genep) jilid, anu jilid ka genep ditambah gambar Tajalli jeung makom alam tujuh.
Teu saalit anu minat maca kitab layang muslimin muslimat kumargi tos jarang anu asli mah, eta oge seueur ku cara di copy ti nu aslina jeung parantos lapuk hampir teu kabaca deui. Dina layang Muslimin Muslimat diterangkeun Mutu Qobla antal Mutu nyaeta kudu ngarasakeun maot memeh paeh, hartina saha saha nu lolong di dunyana niscaya di aheratna oge pasti lolong kalawan leuwih sasar, "Waman kana fi hadihi a'maa fahua fil ahiroti a'maa waadollu sabiila" janten mengenal Allah teh kedah dugi ka yakin, pan aya kieu geuning " Wa'bud robbaka hatta ya'tiyakal yakin " janten yakin teh tina proses pangalaman jadi percaya nu saterusna jadi iman/nyaho/ kapercayaan.
Ari Wanoh ka Alloh teh kedah mengenal dirina heula diri nu sajatina, da nu mulang ka asalna didieu mah jasad/awak/kurung/jirim/jasmanina, nu asal tina sari pati dunya tea,pan ari jasmani teh hartina jas(baju) bajuna rohani tea, tina satetes air hina, nyaeta cimani atawa sperma anu proses tina kadahara-kadaharan anu jaradi dina taneuh/bumi tea, "Minassulbi Wattaroo'ib" malah alus keneh endog hayam aya hargaan, sok kasebat geuning nu maot teh "Mulih ka jati mulang ka Asal" ari anu mulih ka jati mah nyaeta nyawa/jiwa/jisim/kuring/atawa ruhani, kenging rido Alloh tiasa pendak sareng Rabbna, nu Qodim balik jadi Qodim mantak aya pangajian santapan rohani, maksadna kanggo mengenal Alloh ti ayeuna keneh, ari mengenal Alloh tea kudu kenal heula jeung dirina sorangan, sanggeus mengenal dirina tangtu nyaho ka pangerana, lamun geus nyaho ka pangerana tangtu dirina ngarasa bodo, sabab aya Dalil "La haola wala kuwwata Illa billahil aliyyil adzim" jeung Hadist anu kasebut " Man arofa nafsahu Fakod arofa robbahu Waman arofa robbahu fakod jahilan nafsahu".
Tina bahasan Layang Muslimin Muslimat sadayana mangrupi pengenalan alam batinna manusa (aherat) ku conto kajadian alam dunya mangrupa eunteungna (cermin) kanggo ngakurkeun dina kahirupan manusia sadidinten dirarapkeun kana wujud jagat sagir/awak, saperti contona dina badana manusa aya dangu/cepil jeung pangdanguna,ningali/soca jeung paninggalna, kecap/baham jeung pangucapna, angseu/pangambung jeung pangangseuna eta pan dua-dua nu dohir jeung nu batin/gaib, ari nu dohir, cepil soca baham jeung pangambung, pan ari pangdangu paninggal pangucap pangangseuna mah gaib contona nu maot gaduh cepil soca pangambung sareng baham teu tiasa nanaon, da nu gaibna mah pangdangu paninggal pangucap pangangseuna kagungan gusti, nu asal ti Allah,. janten kanggo miluruh sareng ngakurkeun tadi kedah naroskeun ka anu luhung ku elmu jembar ku pangabisa nya ka ahlina "Ngaguru kepada yang tahu Bertanya kepada ahlinya" margi seueur sepuh bubudakeun da teu ngungkab elmu ieu, tapi aya budak oge geus koloteun hartina teu milih-milih elmu, nu penting tos ngagaduhan pamilih azas manfaat jeung maslahat, pan aya geuning hadistna "kut lubil ilmi minannahdi ilallahdi" jeung seueur deui nusanesna, malah diterangkeun dina muslimin muslimat teh elmu teh aya opat perkara nyaeta:
Ka hiji elmu sareat kadua elmu torekat katilu elmu hakekat anu ka opat elmu ma'rifat. Janten sae lamun urang nyorang eta elmu sadayana dileukeunan ti ayeuna, supados mengenal diri tea, pan elmu teh kanyaho atawa cahaya (nur) anu bisa nyaangan jalan urang hirup di alam dohir/dunya sareng alam gaib nyaeta alam aherat. Tiap elmu tinangtos ngagaduhan kahususan peruntukanana sapertos elmu sareat kanggo ngabahas aturan2 fiqih secara sunnah rosululloh nu tos tangtos aturanana di masyarakat umum sanaos benten tata carana kumargi gaduh madhab masing-masing, namung ari elmu tarekat mah ngabahas tujuan ibadahna, margi ari ibadah teh asal tina kata abid/kaula atanapi abdi janten urang teh abdina guti nu maha suci, sareng ngabdi teh teu cekap ku netepan atnapi ngalaksanakeun rukun-rukun agama nu sanesna, tapi kudu ngangliputi sakabeh lakuning lampah urang, malahan tekad ucap sinareng langkah "Iqror Fillisan tasdik bil kolbi af'al bil arkhan" kudu di wengku di tata supaya mulus rahayu berkah salamet hirup urang teh, pan aya dalilna geuning "Inni jailun fil ardi kholifah" teu samata-mata gusti alloh ngutus manusa ka dunya nyaeta salaku wawakil, sareng dalil "Wama arsalnaka Illa rohmatan Lil Alamin" jeung urang hirup teh kedah jadi rohmat ka sakabeh alam ulah rohmatan lil keluarga oge geus jadi piomongeun batur. Kunaon margina opat tahapan elmu anu diluhur kudu di kaji sareng di ungsi margina supados saimbang / balance, pan aya do'ana "Robbana Atina Fiddunya hasanah Wafil Akhiroti hasanah waqina adza bannar" ari perkara dunya teangan saloba-lobana ibarat arek hirup sarebu tahun,jeung teangan elmu saloba-lobana ibarat rek maot isukan, ngan ari neangan dunya mah kudu make elmu dunya deui geus loba conto-contona malah lamun urang daek tafakur kana kakawasaan gusti Alloh, coba tingali cakcak hirupna ku Alloh dibere kamampuan ngarayap sedeng rizqina halaliber aya jangjangan tapi teu weleh geuning di rizqian malah mararontok jeung teu eureun eureun baranahan aranakan, apan ari ka aheratan mah teu gagabah ngabahasna oge, contona geuning para waliyulloh upami badanten masalah perelmuan teh di tengah laut diluhur gunung, malah kangjeng Rosullulloh dina usia opat puluh tahunan mah, anjeunna secara pribadi hoyong ngahadep kanu kawasa teh dugi ka ninggalkeun umat heula angkat ka goa hiro / jabal nur, sakingku hoyong tenang sareng tengtrem, kapendak sono cinta asih kanu ngusik malikeun, apan aya dalilna oge "Ya ayyuhannafsul mut'mainnah Irji'i ila robbiki rodiyatan madiyyah fadkhuli fi'ibadi wadkhuli jannati" Alloh ngagero umat pilihannana nu geus bisa ngalaksanakeun hirup ngandung rohmat, tur madep deui ka anjeunna dina posisi / makom anu kaayaan tenang jeung tengtrem, pan sorga tea bageanana, malah geuning di goa hiro teh seueur pisan mantenna kenging wahyu da tos tenang sareng tengtrem tea dugi ka kiwari nyatana Alqur'an. Allah parantos nurunkeun opat kitab, nu kahiji kitab Jabur ka Nabi Daud.as, kitab Tauret ka Nabi Musa.as kitab Injil ka Nabi Isa.as sareng AlQur’an ka Kangjeng Nabi Muhammad saw, urang islam anu beriman kedah percanten kana kitab-kitab Allah nu parantos diturunkeun ka Nabi2 Allah nu tipayun maksadna ngudag kana sajarahna para Nabi sateu acan Kangjeng Rosululloh saw, malah firman Allah dina AlQur’an seueur ayat2 Alloh anu henteu tertulis misalna , upami cai laut saalam dunya moal cukup lamun dipake jang mangsina, atawa tatangkalan saalam dunya jang kalamna moal cukup jang nulis ayat2 Allah kumargi seueur2na, nu matak kedah seueur iqro / maca teh supaya pinter, pan mun geus piter mah meureun moal loba dibobodo teuing da geus nyaho, pan seuseueurna mah jalmi teh loba kabobodo tenjo jeung kasamaran tinggal, hartina nu enya di lain-lain malahan nu lain di enya-enya tah kitu kajadianana lamun teu boga elmu, janten penting iqro / maca teh, malah geuning Alqur'an teh “Hudan lil muttaqin” pedoman atanapi petunjuk hirup kanggo anu taqwa, malahan aya deui hadist “Iqro kitabaka kafa binafsika alyaoma alaika Hasiba” baca saurna teh kitab anu aya dina diri maneh, tangtos geura langkung jelas upami dilenyepanana, sapertos kajantenan hirup urang pribadi. nu saurna anu dicatet ku malaikat Rokib sareng Atid ti kawit urang imut /baligh dugi ka kiwari, lampah sae sinareng awonna oge tangtos moal hilap kalawan jentre, sanes saukur beja atawa cenah ceuk batur, da eta mah catetan diri sorangan, kitabna oge dibabawa ku sorangan, nu nyahoeun kana jeroan kitabna oge urang sorangan, malahan nu nyatet kasaean jeung kagorengan lampah urang oge, nu nyatet urang ku anjeun lain batur, naon sababna? Apan Alloh tos ngamulyakeun ka manusa leuwih mulya tibatan mahluk sanesna. “ Laqod holaknal insaana fii ahsani taqwim” malihan urang upami milariyan elmu oge ulah kaluar ti diri, kayakinan nu jelas tur ka alaman ku diri pribadi, margina tiasa nyasarkeun ka urang, “Man tolabal maulana bighoiri nafsi fakoddholla dholaalam ba’da” contona seueur geuning ayeuna mah nu di sebat elmu teh nalongerak pisan tinggal urang tiasa milih-milih mana anu cocok sinareng anu pas sareng kajadian bathin urang, pan kangjeng Rosululloh mah upami dina tindak tandukna teh picontoeun, “Innama Buistu Liutammima makarimal Ahlaq” janten ayeuna mah seueur pisan nu tos tiasa janten pamingpin, syeh atanapi guru, tapi teu tiasa ngajalankeun amanah, karunia ti anu Maha kawasa, mung saukur tiasa marentah sareng nyariosna wungkul, teu dibarengan jeung elmuna matak teu saeutik pangagung Nagara nu nyeleweng, ulama nu ngaruksak amanat, guru nyontoan goreng sareng seueur-seueur deui upami dibahas moal beres sapoe.
Eta kajadian diluhur teh kusabab teu boga elmu /kanyaho/lolong tea, lamun boga elmu mah moal lolong pastina oge sieun ku Alloh teh nungagerakeun ngadaya upayakeun urang sapopoe na, malah dicatet dina kitab nu gaib nu teu katempo ku batur ngan ku urang wungkul, kitab nu aya dina diri urang ku anjeun, cobi emutan anu lenyep tur tiis ngemutanana.
Teu saalit jalma anu tos ziarah angkat ka tanah suci mekah sebagai tamu Alloh ngalaksanakeun rukun anu lima, “Labaekalloh humma labbaek labbaeka laasyarika laka labbaek Innalhamda wanni’mata laka walmulk” malahan bangsa Indonesia mah melebihi quota anu tos di tangtoskeun tiap taunna, ditambah ku ibadah umroh meureun geus teu ka itung seueurna tamu Alloh teh, tapi diantawisna aya nu teu daekeun nyurup kana laku sareng lampahna hasil Ibadahna tadi, janten penting tur wajib geuning urang milari elmu teh, malahan kedah ditingkatkeun, diteuleuman, ti kawit elmu sareat, torekat, hakikat sinareng ma’rifatna supados urang salamet dohir sinareng bathin, dunya rawuh aheratna.
Upami urang nyaba nyorang ka alam kapungkur deui, tong tebih teuing nuju orok, pasti indung urang ngabejaan ka urang waktu lahir teh kitu-kitu cenah, contona ayeuna urang ninggali ka istri urang waktu ngalahirkeun anak urang, budak teh ceurik geuning waktu lahirna lain seuri, tah ku naon kitu, jeung surfey ngabuktikeun can manggihan nu ngajuru barang borojol teh si orok / bayi ujug-ujug seuri nga Ha Ha seuseurian, eta tawis panginten di alam rahim oge geuning sakitu ni’matna, komo di Alam Alloh mah Langgeng ni’matna teh, anu henteu aya putusna tea, sabab geuning ti orok urang lamun keur tiris ceurik, da teu ngeunah pek geuning ku indung di simbutan sare weh orok teh, atawa lapar urang ceurik, pek ku indung di bere madu jeung disusuan mani ngagenyol jeung ni’mateun pisan tepi ka sarena, matak pantes aya dalil “ Aljannatu tahta aqdami ummahati” sorga teh aya dina handapeun talapak suku indung, lantaran jelas kani'matan teh tibubudak geus diwarah ku indung, malahan anu bakal jadi pigorengeun ka eta budak oge indung mah geus apaleun can di pigawe geus dicaram, saking ku nyaah hayang anak salamet.
Ngabahas salamet oge urang kedah terang bahasa arabna salamet teh asalna tina Assalama / Islam tea, janten Islam teh ngandung harti anu bakal nyalametkeun umatna di dunya sareng aheratna, mung Islamna nu mana? Upami ditilik anu tos dibahas diluhur geuning apik pisan tuntunan agama teh, tapi bet benten geuning jeung nu tos di contokeun ku Rosululloh, eta panginten PR kanggo urang introspeksi diri ulah janten kesan Islam teh biadab, kasar, anu seueur nimbulkeun kekerasan, pan teu kitu conto mah panginten “Rohmatan Lil Alamin”.
Dicaritakeun masalah perelmuan dina kitab layang ku cara dialoh antara raka Den Muslimin sareng rayina Den Muslimat dugika 6 (genep) jilid, anu jilid ka genep ditambah gambar Tajalli jeung makom alam tujuh.
Teu saalit anu minat maca kitab layang muslimin muslimat kumargi tos jarang anu asli mah, eta oge seueur ku cara di copy ti nu aslina jeung parantos lapuk hampir teu kabaca deui. Dina layang Muslimin Muslimat diterangkeun Mutu Qobla antal Mutu nyaeta kudu ngarasakeun maot memeh paeh, hartina saha saha nu lolong di dunyana niscaya di aheratna oge pasti lolong kalawan leuwih sasar, "Waman kana fi hadihi a'maa fahua fil ahiroti a'maa waadollu sabiila" janten mengenal Allah teh kedah dugi ka yakin, pan aya kieu geuning " Wa'bud robbaka hatta ya'tiyakal yakin " janten yakin teh tina proses pangalaman jadi percaya nu saterusna jadi iman/nyaho/ kapercayaan.
Ari Wanoh ka Alloh teh kedah mengenal dirina heula diri nu sajatina, da nu mulang ka asalna didieu mah jasad/awak/kurung/jirim/jasmanina, nu asal tina sari pati dunya tea,pan ari jasmani teh hartina jas(baju) bajuna rohani tea, tina satetes air hina, nyaeta cimani atawa sperma anu proses tina kadahara-kadaharan anu jaradi dina taneuh/bumi tea, "Minassulbi Wattaroo'ib" malah alus keneh endog hayam aya hargaan, sok kasebat geuning nu maot teh "Mulih ka jati mulang ka Asal" ari anu mulih ka jati mah nyaeta nyawa/jiwa/jisim/kuring/atawa ruhani, kenging rido Alloh tiasa pendak sareng Rabbna, nu Qodim balik jadi Qodim mantak aya pangajian santapan rohani, maksadna kanggo mengenal Alloh ti ayeuna keneh, ari mengenal Alloh tea kudu kenal heula jeung dirina sorangan, sanggeus mengenal dirina tangtu nyaho ka pangerana, lamun geus nyaho ka pangerana tangtu dirina ngarasa bodo, sabab aya Dalil "La haola wala kuwwata Illa billahil aliyyil adzim" jeung Hadist anu kasebut " Man arofa nafsahu Fakod arofa robbahu Waman arofa robbahu fakod jahilan nafsahu".
Tina bahasan Layang Muslimin Muslimat sadayana mangrupi pengenalan alam batinna manusa (aherat) ku conto kajadian alam dunya mangrupa eunteungna (cermin) kanggo ngakurkeun dina kahirupan manusia sadidinten dirarapkeun kana wujud jagat sagir/awak, saperti contona dina badana manusa aya dangu/cepil jeung pangdanguna,ningali/soca jeung paninggalna, kecap/baham jeung pangucapna, angseu/pangambung jeung pangangseuna eta pan dua-dua nu dohir jeung nu batin/gaib, ari nu dohir, cepil soca baham jeung pangambung, pan ari pangdangu paninggal pangucap pangangseuna mah gaib contona nu maot gaduh cepil soca pangambung sareng baham teu tiasa nanaon, da nu gaibna mah pangdangu paninggal pangucap pangangseuna kagungan gusti, nu asal ti Allah,. janten kanggo miluruh sareng ngakurkeun tadi kedah naroskeun ka anu luhung ku elmu jembar ku pangabisa nya ka ahlina "Ngaguru kepada yang tahu Bertanya kepada ahlinya" margi seueur sepuh bubudakeun da teu ngungkab elmu ieu, tapi aya budak oge geus koloteun hartina teu milih-milih elmu, nu penting tos ngagaduhan pamilih azas manfaat jeung maslahat, pan aya geuning hadistna "kut lubil ilmi minannahdi ilallahdi" jeung seueur deui nusanesna, malah diterangkeun dina muslimin muslimat teh elmu teh aya opat perkara nyaeta:
Ka hiji elmu sareat kadua elmu torekat katilu elmu hakekat anu ka opat elmu ma'rifat. Janten sae lamun urang nyorang eta elmu sadayana dileukeunan ti ayeuna, supados mengenal diri tea, pan elmu teh kanyaho atawa cahaya (nur) anu bisa nyaangan jalan urang hirup di alam dohir/dunya sareng alam gaib nyaeta alam aherat. Tiap elmu tinangtos ngagaduhan kahususan peruntukanana sapertos elmu sareat kanggo ngabahas aturan2 fiqih secara sunnah rosululloh nu tos tangtos aturanana di masyarakat umum sanaos benten tata carana kumargi gaduh madhab masing-masing, namung ari elmu tarekat mah ngabahas tujuan ibadahna, margi ari ibadah teh asal tina kata abid/kaula atanapi abdi janten urang teh abdina guti nu maha suci, sareng ngabdi teh teu cekap ku netepan atnapi ngalaksanakeun rukun-rukun agama nu sanesna, tapi kudu ngangliputi sakabeh lakuning lampah urang, malahan tekad ucap sinareng langkah "Iqror Fillisan tasdik bil kolbi af'al bil arkhan" kudu di wengku di tata supaya mulus rahayu berkah salamet hirup urang teh, pan aya dalilna geuning "Inni jailun fil ardi kholifah" teu samata-mata gusti alloh ngutus manusa ka dunya nyaeta salaku wawakil, sareng dalil "Wama arsalnaka Illa rohmatan Lil Alamin" jeung urang hirup teh kedah jadi rohmat ka sakabeh alam ulah rohmatan lil keluarga oge geus jadi piomongeun batur. Kunaon margina opat tahapan elmu anu diluhur kudu di kaji sareng di ungsi margina supados saimbang / balance, pan aya do'ana "Robbana Atina Fiddunya hasanah Wafil Akhiroti hasanah waqina adza bannar" ari perkara dunya teangan saloba-lobana ibarat arek hirup sarebu tahun,jeung teangan elmu saloba-lobana ibarat rek maot isukan, ngan ari neangan dunya mah kudu make elmu dunya deui geus loba conto-contona malah lamun urang daek tafakur kana kakawasaan gusti Alloh, coba tingali cakcak hirupna ku Alloh dibere kamampuan ngarayap sedeng rizqina halaliber aya jangjangan tapi teu weleh geuning di rizqian malah mararontok jeung teu eureun eureun baranahan aranakan, apan ari ka aheratan mah teu gagabah ngabahasna oge, contona geuning para waliyulloh upami badanten masalah perelmuan teh di tengah laut diluhur gunung, malah kangjeng Rosullulloh dina usia opat puluh tahunan mah, anjeunna secara pribadi hoyong ngahadep kanu kawasa teh dugi ka ninggalkeun umat heula angkat ka goa hiro / jabal nur, sakingku hoyong tenang sareng tengtrem, kapendak sono cinta asih kanu ngusik malikeun, apan aya dalilna oge "Ya ayyuhannafsul mut'mainnah Irji'i ila robbiki rodiyatan madiyyah fadkhuli fi'ibadi wadkhuli jannati" Alloh ngagero umat pilihannana nu geus bisa ngalaksanakeun hirup ngandung rohmat, tur madep deui ka anjeunna dina posisi / makom anu kaayaan tenang jeung tengtrem, pan sorga tea bageanana, malah geuning di goa hiro teh seueur pisan mantenna kenging wahyu da tos tenang sareng tengtrem tea dugi ka kiwari nyatana Alqur'an. Allah parantos nurunkeun opat kitab, nu kahiji kitab Jabur ka Nabi Daud.as, kitab Tauret ka Nabi Musa.as kitab Injil ka Nabi Isa.as sareng AlQur’an ka Kangjeng Nabi Muhammad saw, urang islam anu beriman kedah percanten kana kitab-kitab Allah nu parantos diturunkeun ka Nabi2 Allah nu tipayun maksadna ngudag kana sajarahna para Nabi sateu acan Kangjeng Rosululloh saw, malah firman Allah dina AlQur’an seueur ayat2 Alloh anu henteu tertulis misalna , upami cai laut saalam dunya moal cukup lamun dipake jang mangsina, atawa tatangkalan saalam dunya jang kalamna moal cukup jang nulis ayat2 Allah kumargi seueur2na, nu matak kedah seueur iqro / maca teh supaya pinter, pan mun geus piter mah meureun moal loba dibobodo teuing da geus nyaho, pan seuseueurna mah jalmi teh loba kabobodo tenjo jeung kasamaran tinggal, hartina nu enya di lain-lain malahan nu lain di enya-enya tah kitu kajadianana lamun teu boga elmu, janten penting iqro / maca teh, malah geuning Alqur'an teh “Hudan lil muttaqin” pedoman atanapi petunjuk hirup kanggo anu taqwa, malahan aya deui hadist “Iqro kitabaka kafa binafsika alyaoma alaika Hasiba” baca saurna teh kitab anu aya dina diri maneh, tangtos geura langkung jelas upami dilenyepanana, sapertos kajantenan hirup urang pribadi. nu saurna anu dicatet ku malaikat Rokib sareng Atid ti kawit urang imut /baligh dugi ka kiwari, lampah sae sinareng awonna oge tangtos moal hilap kalawan jentre, sanes saukur beja atawa cenah ceuk batur, da eta mah catetan diri sorangan, kitabna oge dibabawa ku sorangan, nu nyahoeun kana jeroan kitabna oge urang sorangan, malahan nu nyatet kasaean jeung kagorengan lampah urang oge, nu nyatet urang ku anjeun lain batur, naon sababna? Apan Alloh tos ngamulyakeun ka manusa leuwih mulya tibatan mahluk sanesna. “ Laqod holaknal insaana fii ahsani taqwim” malihan urang upami milariyan elmu oge ulah kaluar ti diri, kayakinan nu jelas tur ka alaman ku diri pribadi, margina tiasa nyasarkeun ka urang, “Man tolabal maulana bighoiri nafsi fakoddholla dholaalam ba’da” contona seueur geuning ayeuna mah nu di sebat elmu teh nalongerak pisan tinggal urang tiasa milih-milih mana anu cocok sinareng anu pas sareng kajadian bathin urang, pan kangjeng Rosululloh mah upami dina tindak tandukna teh picontoeun, “Innama Buistu Liutammima makarimal Ahlaq” janten ayeuna mah seueur pisan nu tos tiasa janten pamingpin, syeh atanapi guru, tapi teu tiasa ngajalankeun amanah, karunia ti anu Maha kawasa, mung saukur tiasa marentah sareng nyariosna wungkul, teu dibarengan jeung elmuna matak teu saeutik pangagung Nagara nu nyeleweng, ulama nu ngaruksak amanat, guru nyontoan goreng sareng seueur-seueur deui upami dibahas moal beres sapoe.
Eta kajadian diluhur teh kusabab teu boga elmu /kanyaho/lolong tea, lamun boga elmu mah moal lolong pastina oge sieun ku Alloh teh nungagerakeun ngadaya upayakeun urang sapopoe na, malah dicatet dina kitab nu gaib nu teu katempo ku batur ngan ku urang wungkul, kitab nu aya dina diri urang ku anjeun, cobi emutan anu lenyep tur tiis ngemutanana.
Teu saalit jalma anu tos ziarah angkat ka tanah suci mekah sebagai tamu Alloh ngalaksanakeun rukun anu lima, “Labaekalloh humma labbaek labbaeka laasyarika laka labbaek Innalhamda wanni’mata laka walmulk” malahan bangsa Indonesia mah melebihi quota anu tos di tangtoskeun tiap taunna, ditambah ku ibadah umroh meureun geus teu ka itung seueurna tamu Alloh teh, tapi diantawisna aya nu teu daekeun nyurup kana laku sareng lampahna hasil Ibadahna tadi, janten penting tur wajib geuning urang milari elmu teh, malahan kedah ditingkatkeun, diteuleuman, ti kawit elmu sareat, torekat, hakikat sinareng ma’rifatna supados urang salamet dohir sinareng bathin, dunya rawuh aheratna.
Upami urang nyaba nyorang ka alam kapungkur deui, tong tebih teuing nuju orok, pasti indung urang ngabejaan ka urang waktu lahir teh kitu-kitu cenah, contona ayeuna urang ninggali ka istri urang waktu ngalahirkeun anak urang, budak teh ceurik geuning waktu lahirna lain seuri, tah ku naon kitu, jeung surfey ngabuktikeun can manggihan nu ngajuru barang borojol teh si orok / bayi ujug-ujug seuri nga Ha Ha seuseurian, eta tawis panginten di alam rahim oge geuning sakitu ni’matna, komo di Alam Alloh mah Langgeng ni’matna teh, anu henteu aya putusna tea, sabab geuning ti orok urang lamun keur tiris ceurik, da teu ngeunah pek geuning ku indung di simbutan sare weh orok teh, atawa lapar urang ceurik, pek ku indung di bere madu jeung disusuan mani ngagenyol jeung ni’mateun pisan tepi ka sarena, matak pantes aya dalil “ Aljannatu tahta aqdami ummahati” sorga teh aya dina handapeun talapak suku indung, lantaran jelas kani'matan teh tibubudak geus diwarah ku indung, malahan anu bakal jadi pigorengeun ka eta budak oge indung mah geus apaleun can di pigawe geus dicaram, saking ku nyaah hayang anak salamet.
Ngabahas salamet oge urang kedah terang bahasa arabna salamet teh asalna tina Assalama / Islam tea, janten Islam teh ngandung harti anu bakal nyalametkeun umatna di dunya sareng aheratna, mung Islamna nu mana? Upami ditilik anu tos dibahas diluhur geuning apik pisan tuntunan agama teh, tapi bet benten geuning jeung nu tos di contokeun ku Rosululloh, eta panginten PR kanggo urang introspeksi diri ulah janten kesan Islam teh biadab, kasar, anu seueur nimbulkeun kekerasan, pan teu kitu conto mah panginten “Rohmatan Lil Alamin”.
Langganan:
Postingan (Atom)